Asal Mula Telaga Biru Maluku

Asal Mula Telaga Biru adalah cerita rakyat atau legenda yang berasal dari Maluku Utara. Di wilayah Gelela, Lisawa, daerah Halmahera Maluku Utara ada sebuah telaga yang dulunya adalah mata air yang berair jernih dan berkilau berwarna biru. Pinggiran telaga itu dikelilingi pohon beringin dan bebatuan. Setiap daun jatuh di sekitar telaga, daun tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat bersih. Konon, kekeringan pernah melanda Galela. Penduduk kesulitan air berbulan-bulan lamanya.

Pada suatu hari mereka dikejutkan dengan keluarnya air dari sela bebatuan yang terbentuk dari pembekuan lahar panas. Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah telaga. Letak telaga ini tepat di bawah sebuah pohon beringin yang sangat rimbun. Karena peristiwa ini aneh, maka penduduk desa di itu melakukan acara ritula untuk mengetahui jawaban atas kejadian ini.

Setelah ritual dilakukan, masyarakat Galela mengetahui bahwa air tersebut timbul dari Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu. Artinya adalah mata air itu timbul akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir dan terus mengalir menjadi sumber mata air.

Setelah mengetahui arti mata air tersebut, Kepala Desa menyuruh warga dusun Lisawa berkumpul. Tetua adat menanyakan kelengkapan setiap anggota keluarga yang hadir. Masing-masing sibuk menghitung anggota keluarganya. Akhirnya diketahui ternyata ada dua keluarga yang belum lengkap. Mereka adalah Majojaru (nona/cewek) dan Magohiduruu (nyong/cowok). Setelah itu, salah seorang warga yang ada di kumpulan tersebut bercerita tentang mereka berdua.

Konon, dahulu ada sepasang kekasih yang berjanji untuk sehidup semati. Mereka bernama Mojojaru dan Magohiduruu. Pada suatu hari Magohiduruu pergi merantau ke negeri seberang. Majojaru menanti dengan setia dan cemas, hampir satu tahun Magohiduruu tidak kembali. Suatu hari Majojaru melihat kapal yang dinaiki Magohiduruu datang. Majojaru bertanya tentang kekasihnya itu kepada awak kapal.

Awak kapal mengatakan bahwa ia mendengar kabar Magohiduruu telah meninggal dunia di negeri seberang. Mendengar kabar tersebut, hati Majojaru sangat hancur dan pedih. Dengan sedih, Majojaru berjalan mencari tempat berteduh untuk menenangkan diri. Kemudian ia berteduh di bawah pohon Beringin sambil menangis meratapi kepergian kekasih hatinya.

Air mata Mojojaru mengalir sangat deras hingga menggenang dan menenggelamkan bebatuan yang ada di sekitar pohon Beringin. Pada akhirnya, Mojojaru tenggelam oleh air matanya. Saat itu juga, langsung terbentuk sebuah telaga. Airnya sebening mata wanita-wanita Lisawa.


Referensi
^ a b "Pengertian Legenda/Cerita Rakyat". Adicita.com. Diakses tanggal 30 April 2014.^ a b c d e f g h i j k l "Maluku". Cerita Rakyat Nusantara. Diakses tanggal 30 April 2014.

Subscribe to receive free email updates: