Morgan le Fay, yang dari namanya memiliki kaitan dengan dunia peri, dalam Le Morte d'Arthur adalah seorang wanita yang memiliki kekuatan gaib. Meskipun perannya menurun, tokoh peri tidak pernah hilang, di antaranya ada cerita peri Sir Gawain and the Green Knight. Edmund Spenser menampilkan peri dalam The Faerie Queene. Dalam banyak cerita fiksi, peri sering dicampuradukkan dengan nimfa;
Sementara dalam karya lainnya, (contohnya Lamia), peri dianggap menggantikan peran makhluk dari masa klasik. Penyair dan biarawan abad ke-15 John Lydgate menulis bahwa Raja Arthur dimahkotai di "tanah peri", dan mayatnya diambil oleh empat ratu peri ke Avalon, tempat mayatnya berbaring d bawah "bukit peri", sampai dia dibutuhkan lagi.
Peri tampil sebagai tokoh penting dalam A Midsummer's Night Dream karya William Shakespeare, yang berlatar di daerah berhutan dan Fairyland, di bawah cahaya bulan, dan gangguan alam yang disebabkan oleh perselisihan para peri menciptakan ketegangan yang mendasari plot dan menunjukkan tindakan karakter.
Sastrawan yang sezaman dengan Shakespeare, Michael Drayton, menampilkan peri dalam ceritanya, Nimphidia. Peri juga muncul dalam The Rape of the Lock karangan Alexander Pope. Madame d'Aulnoy menciptakan istilah contes de fée ("kisah peri", di Indonesia dikenal sebagai dongeng).
Pada pertengahan 1600-an, muncul gaya sastra yang disebut précieuses, sementara kisah-kisah yang diceritakan dengan précieuses meliputi banyak peri, peri kurang umum di negara lain; Grimm bersaudara memasukkan peri dalam edisi pertama cerita mereka, tetapi mereka berpendapat bahwa peri bukan asli dari Jerman sehingga mereka mengubahnya pada edisi kedua dengan mengganti tiap kata "Fee" (peri) dengan ahli sihir atau wanita bijak. J. R. R. Tolkien menjelaskan bahwa kisah-kisah ini seperti ini berlatar di negeri peri.
Peri dalam sastra memperoleh nyawa baru dengan munculnya Romantisisme. Penulis seperti Sir Walter Scott dan James Hogg terinspirasi oleh cerita rakyat yang menampilkan peri, misalnya Balada Border. Pada masa ini, cerita peri mengalami peningkatan. Periode ini juga ditandai dengan bangkitnya kembali tema-tema fantasi lama, seperti buku-buku Narnia karangan C.S. Lewis, yang menampilkan berbagai makhluk kuno seperti faun dan driad, dan mencampurkan mereka dengan wanita tua, raksasa, dan berbagai makhluk dari cerita rakyat.
Peri bunga dari masa Victoria dipopulerkan sebagian oleh Queen Mary, serta oleh penyair dan ilustrator Britania Cicely Mary Barker yang menulis delapan buku yang diterbitkan pada 1923 sampai 1948. Semakin lama, peri digambarkan semakin cantik dan ukurannya semakin kecil.
Andrew Lang, mengeluhkan tentang "para peri kebun dan bunga apel" dalam kata pengantar The Lilac Fairy Book, dia berpendapat bahwa "Peri-peri ini mencoba melucu dan gagal, atau mereka mencoba menggurui dan berhasil."
Peri muncul dalam cerita Peter and Wendy karangan J. M. Barrie yang diterbitkan pada 1911. Dalam novel tersebut, tokoh peri yang bernama Tinker Bell cukup populer dan menjadi ikon bahkan sampai sekarang.