TERJEMAHAN: rubah liar
ALTERNATE NAMES: yako, yakan; banyak variasi lokal ada juga
HABITAT: ladang, hutan, dan area liar
KESUKAANNYA: omnivora; mereka terutama menyukai lilin, minyak, pernis, dan kekuatan hidup dan darah wanita
PENAMPILAN: Nogitsune, juga sering disebut yako, adalah sejenis kitsune — rubah magis yang ditemukan dalam cerita rakyat Asia Timur. Secara khusus istilah ini mengacu pada peringkat rendah, kitsune liar yang tidak memiliki jiwa ilahi atau melayani sebagai utusan para dewa. Mereka terutama dikenal untuk berubah menjadi manusia. Dalam cerita rakyat di mana manusia disiksa, ditipu, atau dimiliki oleh kitsune, pelakunya hampir selalu merupakan nogitsune.
PERILAKU: Nogitsune adalah makhluk yang berhati-hati dengan indra bahaya yang tajam. Mereka tidak menyukai cahaya terang, dan bersembunyi dari matahari di siang hari. Mereka juga takut pada benda-benda tajam, dan akan menghindari pedang dan pisau. Mereka juga takut pada anjing. Seekor nogitsune yang menyamar sebagai manusia mungkin secara tidak sengaja mengungkapkan bentuk aslinya ketika dikejutkan oleh anjing menggonggong.
Nogitsune mampu mengenali tanda-tanda aktivitas manusia. Mereka umumnya bersembunyi dari manusia jika memungkinkan. Namun, mereka suka menyelinap ke daerah yang dihuni manusia di malam hari untuk mencuri beberapa makanan favorit mereka: lilin, minyak lampu, pernis, alkohol, dan tahu goreng.
Beberapa jenis kitsune dipandang sebagai hewan suci; nogitsune bukan salah satu dari jenis ini. Mereka adalah anggota tingkat rendah dari keluarga kitsune, dan tidak bertindak sebagai utusan ilahi atau melayani Inari. Meskipun demikian, mereka tampaknya merasa nyaman dengan posisi mereka dan tidak bercita-cita untuk meningkatkan posisi mereka.
INTERAKSI: Nogitsune adalah penipu terkenal. Salah satu kegiatan favorit mereka adalah mentransformasikan untuk menipu manusia bodoh. Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk menakuti orang, dan seringkali mencuri barang-barang dari mereka juga. Untuk mengubah bentuknya, nogitsune membutuhkan semacam fokus magis; biasanya tulang dari sapi atau kuda.
Kitsunetsuki — kerasukan roh rubah — juga biasa dilakukan oleh nogitsune. Kadang-kadang itu untuk menghukum manusia yang tidak mereka sukai, di lain waktu itu hanya untuk hiburan nogitsune sendiri. Wanita adalah target favorit. Ini kadang-kadang dikatakan karena wanita lebih lemah dan lebih mudah untuk dimiliki, tetapi juga karena nogitsune dapat memberi makan dari kekuatan hidup wanita.
Meskipun ada konflik dengan manusia, nogitsune terkadang berinteraksi secara positif dengan orang-orang. Ada banyak dongeng tentang kitsune liar yang membalas budi kepada mereka yang baik kepada mereka. Bahkan ada cerita tentang pria bahagia menikahi nogitsune yang menyamar sebagai wanita cantik. Sayangnya kisah-kisah ini hampir selalu berakhir dengan tragedi ketika penyamaran ditemukan. Manusia kadang-kadang meminta bantuan nogitsune. Namun, nogitsune terkenal tidak bisa diandalkan. Jika Anda meminta seseorang untuk melindungi suatu objek, ia hanya akan melakukannya untuk waktu yang singkat sebelum ia melupakan janjinya dan berkeliaran.
ASAL: Nogitsune dikenal dengan banyak nama berbeda. Yang paling umum — yako — hanyalah bacaan kanji atas namanya saja. Nama yakan (野 干) lebih kuno, dan berasal dari hewan yang berbeda.
Yakan adalah binatang ajaib dari tulisan suci Buddha Cina. Istilah ini secara harfiah berarti "anjing liar," dan deskripsi mereka dapat ditemukan dalam berbagai tulisan suci. Mereka kecil dan licik. Mereka berwarna kuning, dan menyerupai anjing kecil dengan ekor berbulu. Mereka dapat mengubah bentuknya, jadi bentuk aslinya tidak diketahui. Mereka hidup berkelompok, dan menangis di malam hari seperti serigala. Dalam bahasa Sansekerta asli, binatang yang dimaksud adalah serigala. Serigala berlama-lama di sekitar pekuburan dan memakan bangkai, sehingga mereka dipandang sebagai binatang jahat dan pelayan dewa jahat. Ketika agama Buddha ditransmisikan ke Cina, karena serigala tidak ada di Cina, hewan itu tidak dipahami. Mereka dianggap makhluk yang mirip dengan rubah, martens, atau anjing liar. Ketika Buddhisme dibawa ke Jepang, yakan dianggap rubah, dan menjadi identik dengan kitsune. Dengan demikian, perbuatan jahat yang dilakukan oleh serigala di cerita rakyat India kemudian dikaitkan dengan rubah dalam cerita rakyat Jepang.